Tugas PBD

Senin, 11 April 2011
1. create table produk(
IDproduk varchar(6),
NamaProduk varchar(15),
harga number(20),
TanggalExpire date,constraint pkl primary key(id_model));



2. insert into model values('M-101','Rofiah','45','01-05-88');
insert into model values('M-102','Sabariah','50',null);
insert into model values('M-103','Jamilah','47','26-07-86');




3. update model set berat_badan = '92' where ID_Model = 'M-102'



4. alter table Model add (tinggi_badan number (2));



5. alter table Model modify (tinggi_badan number (4));

6. alter table model drop column tinggi_badan;




7. delete from Model where nama_model = 'Sabariah';






8. select * from model;






















Read More...
Read More...

Robert Tappan Morris, Profesor “Cacing” Dunia

Senin, 04 April 2011
Robert Tappan Morris

Pada November 1988, sebuah program jahat menyebar ke sekitar 6.000 mesin komputer berbasis Unix. Komputer yang jadi korban menjadi sangat lambat dan tidak bisa digunakan. Kerugiannya ditaksir mencapai jutaan dolar. Kejadian itu kemudian dikenang sebagai The Great Worm, istilah yang diadopsi langsung dari istilah dalam karya-karya mitologi J.R.R. Tolkien (Lord of The Rings; The Hobbit; dan seterusnya.). Dalam kisah Tolkien, Great Worm mengacu pada dua naga yang menimbulkan kekacauan dan membangkitkan rasa takut di suatu wilayah di Middle Earth.

The Great Worm of 1988 memiliki dampak besar pada ranah cyber. Bukan hanya sebagai worm yang awal menyebar di dunia, tapi juga karena membelalakkan mata dunia – terutama masyarakat non-TI pada sebuah bentuk “ancaman jahat” baru.

Di balik worm itu adalah seorang brilian bernama Robert Tappan Morris. Ketika itu Morris masih bersekolah di Cornell University, alhasil worm itu pun dinamai sesuai nama belakangnya: Morris Worm.Kengerian yang ditimbulkan akibat Morris Worm diperburuk dengan tindakan yang oleh banyak kalangan dinilai berlebihan terhadap Robert Morris. RTM, demikian ia kadang disebut, menjadi orang pertama yang dihukum dalam Undang-Undang Computer Fraud and Abuse (Penyalahgunaan dan Penipuan dengan Komputer).

Ia mendapatkan hukuman tiga tahun masa percobaan dan 4.000 jam layanan masyarakat. Selain itu, Morris juga harus membayar denda dan biaya-biaya lain yang totalnya hingga mencapai US$ 10.000.

Mengapa hukuman terhadap Morris dianggap berlebihan? Hal utamanya adalah bahwa Morris tak pernah bermaksud membuat program itu menyebar dan menimbulkan kerugian.

Morris konon membuat program itu untuk menyebar dan “mengukur” seberapa besar jaringan internet. Worm itu bekerja dengan memanfaatkan kelemahan pada sistem Unix, termasuk untuk me nyembunyikan dirinya dan juga melakukan penggandaan diri lewat jaringan.

Di sisi lain, worm itu memang meng eksploitasi celah keamanan layaknya berbagai program jahat yang saat ini marak beredar. Kemudian, ia juga disebarkan dari kampus Massachusets Institute of Technology (MIT) untuk menutupi jejak aslinya dari Cornell (tempat Morris).

Efek paling dahsyat dari Morris Worm adalah kemampuannya menggandakan diri di setiap sistem yang terinfeksi. Akibatnya, ia melakukan infeksi berulang-ulang pada sebuah komputer hingga sang komputer tidak sanggup lagi bekerja de ngan baik.

Kiprah Morris di dunia akademis menunjukkan potret seorang yang cukup brilian. Sebagai lulusan terbaik di Sekolah Menengah Atas, ia telah mencicipi tiga kampus mentereng di Amerika Serikat. Morris pertama kali kuliah di Harvard, lalu melanjutkan ke Cornell dan kembali ke Harvard sebelum akhirnya, hingga saat ini, menjadi Profesor di MIT.

Meski demikian, kisah Morris akan se lalu dikaitkan dengan The Great Worm of 1988. Halaman Wikipedia yang memuat biografinya pun lebih singkat dibandingkan halaman yang membahas soal Morris Worm.Untuk bisa mengintip seperti apa Morris sebenarnya, perhatian harus diarahkan pada salah satu rekan Morris yang paling setia. Dia adalah Paul Graham, yang bersama-sama Morris mendirikan perusahaan rintisan (startup) bernama Viaweb.

Pada 1995, Viaweb berhasil menelurkan sebuah produk piranti lunak untuk membuat toko online. Sebuah terobosan yang menakjubkan pada masanya. Tak lama berselang, pada 1998, Viaweb pun diakuisisi oleh Yahoo dan menjadikan pendirinya orang-orang kaya.

Dalam esai bertajuk Great Hackers, Paul Graham memuji kemampuan Morris dan perannya di Viaweb. “Perusahaan yang bisa menemukan cara untuk mendapatkan Hacker Hebat memecahkan masalah-masalah yang njlimet akan menjadi perusahaan yang sukses. Bagaimana ini bisa terjadi?

“Salah satu tempat hal itu sering terjadi adalah di perusahaan rintisan. Saat memulai, kami (maksudnya Viaweb -red) sebagai startup memiliki seorang Robert Morris pada posisi System Administrator. Kondisi ini bagaikan menyewa Rolling Stones sebagai band penghibur dalam acara sunatan. Anda tak bisa menyewa bakat seperti itu. Tapi orang akan rela melakukan pekerjaan rendahan untuk sebuah perusahaan yang mereka dirikan,” tulis Paul Graham.


Floppy Disk yang berisi source code worm dipamerkan di Museum of Science, Boston, USA

Kiprah di “Dunia Nyata”

Setelah sukses dengan Viaweb, Morris mengambil gelar Doktor di Harvard dan menjadi profesor di MIT. Baru setelah itu ia terjun kembali ke dunia startup tanpa meninggalkan dunia akademisi. Morris bersama Graham dan dua rekan mereka (Trevor Blackwell dan Jessica Livingston) mendirikan sebuah perusahaan modal ventura bernama Y Combinator.

Y Combinator memberikan dana awal, nasihat, dan koneksi bagi perusahaan rintisan di Silicon Valley. Perusahaan binaan Y Combinator yang cukup populer termasuk Justin.tv, reddit, dan Loopt.

Ide pendirian Y Combinator berawal ketika Graham menjadi dosen tamu bidang kewirausahaan di Harvard. Ketika itu Graham mengatakan pada para mahasiswa untuk mencari dana awal membuat usaha dari orang-orang kaya yang mereka kenal, terutama mereka yang sudah mendapatkan kekayaan dari teknologi. “Lalu, saya bilang, ‘jangan dari saya’, dan mereka kelihatan kecewa dan saya merasa seperti seseorang yang sangat brengsek,” Graham mengenang.

Tak lama kemudian, Graham dan Morris pun memutuskan untuk membuat Y Combinator. Tujuan dari perusahaan modal ventura itu adalah menghasilkan produk-produk yang diinginkan masyarakat dan juga menjaga keuangannya agar bisa melakukan investasi terus, atau dicaplok oleh perusahaan lain.

Program yang dijalankan Y Combinator terbilang singkat, hanya sekitar tiga bulan. Namun, bagi pesertanya, mendapatkan sentuhan Y Combinator adalah sesuatu yang diidam-idamkan. Seorang alumni program itu, Phil Yuen, mengibaratkan Y Combinator sebagai kelas akting yang digelar oleh Robert DeNiro.

“Bagaikan Robert De Niro membuka sekolah akting. Apakah Anda mau jadi murid di sana? Anda akan berlatih akting dengannya setiap pekan dan mungkin, di masa kelulusan, mendapatkan peran di sebuah film Hollywood,” ujar Yuen.

Selain di Y Combinator –dan sebagai profesor di MIT– Morris juga merupakan penasihat teknis untuk Meraki Networks. Meraki adalah perusahaan yang bergerak di bidang akses nirkabel yang di belakangnya didanai oleh nama-nama besar seperti Google dan Sequoia Capital.

Seakan kontribusinya masih belum cukup, ia dan Graham saat ini sedang me ngembangkan dialek Arc untuk bahasa pemrograman Lisp. Graham melandaskan Arc pada esainya yang bertajuk The Hundred Year Language, esai itu menggelitik pemikiran soal bahasa pemrograman apa yang akan digunakan manusia 100 tahun yang akan datang.

Meski kiprahnya di luar worm yang legendaris itu tidaklah sedikit, nama Robert Tappan Morris akan selalu beriringan dengan nama worm itu. Kisah The Great Worm of 1988 akan terus melekat bagai kutukan pada diri Morris. Di Boston Museum of Science, sebuah monumen Morris Worm masih bisa disaksikan dalam bentuk sebuah floppy disk yang berisikan source code alias kode penyusun Morris Worm. Floppy disk tersebut disimpan dan dipamerkan dalam sebuah kotak kaca.

Data Diri
Nama: Robert Tappan Morris alias RTM
Lahir: 8 November 1965

Pendidikan:

•Harvard (Bachelor), Cornell (Master), dan Harvard (Ph.D)


Karir:

•Associate Professor di MIT
•Pendiri Viaweb dan Y Combinator
•Pria pertama yang jadi ‘korban’ UU Cybercrime (Computer Fraud and Abuse Act).


Read More...

Tugas Etika Profesi 1

Senin, 21 Maret 2011

Google pecat engineer karena pelanggaran privasi

Google memberikan pernyataan serius beberapa hari yang lalu berkaitan dengan pemecatan terhadap karyawannya. Hal tersebut dilakukan karena dirinya melanggar salah satu kebijakan Google dengan membuka akun dari pengguna Google. Engineer tersebut adalah David Barksdale, seorang engineer yang bekerja di kantor Google Seattle.

David Barksdale menyalahgunakan posisinya sebagai engineer penting yang bertugas mengevaluasi pelayanan Google dengan masuk ke Gmail dan Gtalk milik beberapa anak. Orang tua dari anak-anak tersebut kemudian mengeluh karena mereka mendapatkan perkataan-perkataan bernada seksual yang ditujukan kepada anak-anak mereka. Klarifikasi dari Google yang menyatakan pemecatan dianggap sebagai sebuah tindakan yang terlambat.

“Kami memecat David Barksdale karena melanggar kebijakan privasi Google yang sangat ketat di lingkungan internal. Kami akan lebih berhati-hati mengendalikan jumlah karyawan yang memiliki akses ke sistem kami,” ujar Bill Coughran senior vice president Google seperti dikutip dari Cnet.com. Insiden ini kemudian menjadi sorotan tajam dari publik karena betapa mudahnya mengakses informasi yang tersimpan online dan memanfaatkannya untuk melakukan pelecehan.

Komentar :

1. Seharusnya David Barksdale tidak melakukan perbuatan tersebut. Karena,perbuatan tersebut melanggar kebijakan Google itu sendiri. Dan akibatnya ia harus kehilangan pekerjaannya di Google.

2. Kita sebagai pengguna akun juga harus berhati-hati agar kejadian seperti tersebut tidak terulang lagi. Contoh : tidak memberitahukan password kepada orang lain,menggunakan password dengan kombinasi huruf,angka,karakter.

3. Saya setuju dengan kebijakan Google untuk memecat pegawainya yang melanggar etika,karena sepantasnya perbuatan tersebut tidak dilakukan oleh seorrang Engineer penting.

Sumber :

(jimmyfernanda/BeritaNet.com)

Read More...